Petunjuk Memilih Istri
Taat
Beragama
Rasulullah saw. bersabda yang artinya, "Perempuan itu dinikahi
karena empat perkara, yaitu karena hartanya, karena keturunannya, karena
kecantikannya, atau karena agamanya. Akan tetapi, pilihlah berdasarkan agamanya
agar dirimu selamat." (HR Bukhari dan Muslim).
Hadis tersebut memberikan gambaran mengenai criteria-kriteria yang
menjadi bahan pertimbangan seorang laki-laki dalam memilih seorang perempuan
sebagai istrinya. Criteria-kriteria tersebut adalah kecantikan, keturunan,
kekayaan, dan agamanya. Orang yang mengutamakan criteria agama dijamin oleh
Allah akan memperoleh kebahagiaan dalam berkeluarga.
Agama ialah keyakinan yang disertai peribadatan yang sesuai dengan
ketentuan syariat Islam. Bila keyakinan dan peribadatan yang dilakukan
seseorang menyimpang dari ketentuan syariat Islam, orang yang melakukannya
telah sesat. Untuk mengetahui ketaatan seseorang dalam beragama, kita harus
berpedoman pada ketentuan Alquran dan sunah Rasulullah saw.
Dalam memilih seorang perempuan untuk dijadikan istri, pertama
hendaklah kita menilai ketaatannya dalam beragama seperti yang disabdakan oleh Rasulullah
saw. Tanda utama seseorang dikatakan taat beragama yaitu bila ia dapat
menjalankan ketentuan pokok yang menjadi rukun iman dan rukun Islam dengan
benar.
Orang yang beriman kepada Allah hanya meyakini ketentuan-Nya. Ia
tidak akan mempercayai ramalan ahli nujum atau peramal, misalnya, sebab orang
yang mempercayai ramalannya berarti tidak sepenuhnya beriman kepada Allah.
Perbuatan seperti ini disebut syirik karena berlawanan dengan keyakinan bahwa
hanya Allah yang tahu segala yang gaib. Orang yang berbuat syirik telah sesat.
Tanda lain seseorang dikatakan taat beragama adalah bila ia
menjalankan ibadah yang diperintahkan oleh Islam dengan tekun dan benar. Ibadah
pokok dalam Islam dan yang tidak dapat ditinggalkan di antaranya adalah salat.
Siapa pun yang telah memeluk Islam harus melaksanakannya. Rasulullah saw. telah
menyatakan bahwa salat adalah hal pokok dalam Islam.
Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda,
"Perbutan manusia yang pertama kali dihisab pada hari kiamat kelak adalah
salatnya. Bila salatnya baik, dia akan beruntung dan selamat. Akan tetapi, bila
salatnya tidak benar, dia akan gagal dan merugi. Jika ada yang kurang sedikit
dari kewajiban yang dilakukannya , kelak Tuhan Yang Maha Gagah dan Mahamulia
akan berfirman, '(Wahai malaikat), perhatikanlah apakah hamba-Ku ini melakukan
salat sunah sehingga dapat menyempurnakan kekurangannya dalam melakukan salat
wajib, kemudian semua amalnya akan dihisab dengan cara seperti ini'." (HR
Tirmizi).
Maksud hadis ini ialah seseorang dinilai taat beragama bila
menunaikan kewajiban salat dengan benar. Seseorang yang mengaku muslim tetapi
terkadang menjalankan salat, terkadang tidak, berarti tidak taat beragama. Bila
ia melakukan salat tetapi tidak mengikuti tuntunan Rasulullah saw., salatnya
tidak benar. Orang seperti ini termasuk orang yang tidak taat beragama.
Seorang laki-laki yang hendak menilai ketaatan calon istrinya
haruslah lebih dahulu mengerti ajaran Islam tentang keyakinan dan peribadatan
secara benar, sebagaimana diajarkan dalam Alquran dan sunah Rasulullah saw.
Bila ia sendiri tidak tahu hal-hal yang menjadi ketetapan dan hal-hal yang
bukan menjadi ketetapan Islam, tentu dia tidak akan dapat memilih calon istri
yang taat beragama dengan benar menurut ketentuan syariat.
Kita tidak seharusnya mudah terpesona dengan penampilan seorang
perempuan. Perempuan berjilbab, misalnya, dalam pergaulan sehari-hari ia
ternyata bercampur dengan laki-laki bukan mahram tanpa mengindahkan batas norma
pergaulan yang digariskan oleh Islam. Kita dapat menyimpulkan bahwa wanita
seperti ini jelas tidak (belum) taat beragama.
Kita tidak semestinya menilai perempuan berdasarkan norma yang
berlaku dalam masyarakat, karena norma yang berlaku di dalam masyarakat sering
bertentangan dengan ajaran Islam. Oleh karena itu, kita harus benar-benar
menggunakan criteria yang digariskan oleh Alquran dan sunah Rasulullah saw.
sejak awal memilih calon istri.
Bila langkah awal telah ditempuh dengan benar, kelak rumah tangga
kita akan dapat berjalan serasi, harmonis, dan penuh kemesraan, karena
masing-masing mendasarkan langkah dan niatnya hanya karena Allah. Segala bentuk
kesulitan dan goncangan dalam mengayuh bahtera rumah tangga akan dihadapi
dengan penuh ketenangan dan pikiran jernih, karena kedua belah pihak selalu
pasrah dan berlindung pada kehendak dankekuasaan-Nya. Sikap seperti ini akan
sangat membantu suami istri dalam membina rumah tangga sesuai dengan keridaan
Allah.
Sebaliknya, istri yang tidak taat beragama, yaitu mengabaikan ajaran
agama, akan menyebabkan suami sulit membimbimngnya dan sulit menciptakan
suasana rumah tangga yang islami. Bila suami dan istri sudah berlainan langkah
dalam menilai perbuatan halal dan haram atau baik dan buruk, hal ini dapat
menimbulkan pertengkaran dan perpecahan dalam berumah tangga. Rumah tangga
seperti ini sulit menjadi harmonis, tenang, dan tenteram.
Selain memberi dampak buruk bagi suami, istri yang tidak taat
beragama akan memberi dampak buruk pada pendidikan anak kelak. Ia tidak akan
mendorong anaknya untuk taat salat dan rajin mengaji, tidak membiasakan salam
ketika keluar masuk rumah, tidak tahu membedakan najis dan suci, dan lain-lain.
Anak-anak yang tidak mengenal aturan agama kelak setelah besar mungkin sekali
mudah terpengaruh oleh pergaulan yang buruk, sehingga menjadi orang yang rusak
akhlaknya dan mengabaikan agama. Oleh karena itu, besar sekali bahaya istri
yang tidak taat beragama untuk menjadi ibu bagi anak-anaknya.
Agar kita dapat membentuk rumah tangga yang diridai Allah dan
memperoleh kebahagiaan sepanjang hayat, sebelum mengambil seorang perempuan
menjadi istri kita perlu mengetahui ketaatannya dalam beragama. Ada beberapa
cara yang dapat dilakukan, antara lain sebagai berikut.
Kita amati caranya berpakaian, berias, dan bergaul, apakah sesuai
dengan ketentuan Islam atau tidak. Misalnya, mengamati apakah ia memakai
pakaian muslimah atau tidak, bersolek atau tidak, berduaan dengan laki-laki
bukan mahram atau tidak.
Kita tanyakan kepada orang-orang yang dekat dengan dirinya, seperti
kerabat dekat, tetangga dekat, atau teman-teman dekatnya tentang ketaatannya
menjalankan salat lima waktu, ketaatannya menjalankan puasa Ramadan, sikapnya
kepada tetanga atau para kerabatnya, sikapnya kepada orang yang lebih tua, dan
lain-lain.
Kita datang sendiri kepada keluarga perempuan untuk melakukan
penelitian dan pengamatan secara langsung. Dalam pertemuan ini, perempuan yang
diinginkan harus disertai dengan anggota laki-laki keluarganya, sehingga tidak
terjadi berduaan (khalwat). Pada saat inilah kita dapat meneliti berbagai hal
yang ingin diketahui dari perempuan tersebut agar kita memperoleh gambaran yang
jelas.
Cara-cara inilah yang sepatutnya dilakukan oleh kaum muslimin dalam
menyelidiki calon istrinya. Kita tidak boleh melakukan cara-cara di luar Islam,
seperti berpacaran atau berkenalan di tengah jalan, sebab cara ini bertentangan
dengan syariat Islam.
Ringkasnya, laki-laki yang ingin membangun rumah tangga bahagia dan
penuh kesejahteraan di dunia dan di akhirat hendaklah memilih perempuan yang
taat beragama untuk dijadikan istri. Insya Allah hidupnya akan bahagia.
Dari Lingkungan Yang Baik
Rasulullah saw. bersabda yang artinya, "Jauhilah olehmu
khadraa'uddiman!" Beliau ditanya, "Wahai Rasulullah, apakah
khadraa'uddiman itu?" Beliau bersabda, "Wanita cantik di lingkungan
yang buruk." (HR Daruquthni, hadist lemah)
Penjelasan: hadis tersebut derajatnya lemah karena ada rawi bernama
Al-Waqidi yang dinilai sebagai rawi yang sangat lemah oleh ahli hadis.
Hadis tersebut memperingatkan kepada laki-laki muslim bahwa
perempuan yang tinggal di lingkungan yang tidak baik hendaknya dijauhi.
Perempuan seperti itu kemungkinan besar akhlaknya terpengaruh dengan
lingkungannya yang tidak islami. Hal ini sering dibuktikan oleh pengalaman
dalam kehidupan di tengah masyarakat selama ini. Wanita sering lebih mudah
tergoda oleh hal-hal yang sepintas menyenangkan dan tampak glamour, tanpa
memikirkan akibat buruk yang akan terjadi. Wanita lebih mudah dipengaruhi oleh
lingkungan yang tidak baik.
Lingkungan yang tidak baik ialah lingkungan yang dipenuhi kebiaasan,
tradisi dan perilaku yang bertentangan dengan syariat Islam. Lingkungan
masyarakat yang mempunyai tradisi berjudi, membuka praktek pelacuran, gemar
minum-minuman keras, dan melakukan maksiat-maksiat lainnya, merupakan contoh
lingkungan yang tidak baik.
Lingkungan yang seperti ini jelas merugikan pembinaan akhlak dan
keragaman masyarakatnya, baik perempuan maupun laki-laki. Lingkungan yang
dipenuhi dengan praktek pelacuran tentu amat membahayakan pembinaan akhlak
warga perempuannya. Biasanya warga laki-lakinya banyak yang lebih dulu
terjerumus sehingga kaum perempuan terdorong untuk lebih berani terjun dalam
kesesatan seperti itu. Hal ini disebabkan kaum laki-lakinya tidak bisa
diandalkan sebagai pelindung bagi kaum wanita.
Memang tidak bisa dijadikan sebagai satu kepastian untuk
menyimpulkan bahwa setiap perempuan yang tinggal di lingkungan yang buruk
otomatis berakhlak tidak baik. Beberapa contoh kita temukan dalam sejarah bahwa
ada wanita yang tetap tegak dalam keyakinan tauhid walapun berada di
tengah-tengah lingkungan penuh dengan dosa dan kemusyrikan. Mereka itu
diantaranya 'Asiyah, istri Fir'aun, dan Masyithah, pelayan perempuan di istana
Fir'aun. Kedua perempuan ini ternyata teguh dalam mengikuti ajaran Musa a.s.
akan tetapi, perempuan-perempuan seperti mereka sangat sulit kita dapatkan.
Suami yang istrinya berasal dari lingkungan tidak baik mempunyai
resiko amat besar dalam membina rumah tangga sakinah karena akhlak dan
kebiasaan buruk yang telah mendarah daging dalam diri istri sulit diubah dalm
waktu relatif singkat. Seorang perempuan yang biasa menganggap pergaulan bebas
dan pelacuran sebagai hal yang lumrah dalam masyarakat, akan sulit menatati
ketentuan agama yang melarang laki-laki dan perempuan bukan mahram bergaul
bebas. Bila kelak dia menjadi istri dari suami yang lingkungan keluarganya taat
beragama, akan terasa sulit dan berat baginya untuk mematuhi akhlak agama.
Ketika suaminya tidak di rumah, ia akan merasa tidak berdosa menerima teman
lelakinya yang bebas berkunjung ke rumah. Bila suami menegur, ia akan menjawab
dengan enteng bahwa hal itu telah lumrah. Ia sama sekali tidak mau mengindahkan
syari'at Islam, bahkan menganggapnya sebagai belenggu yang menekan dirinya.
Istri yang bersikap seperti ini jelas akan menimbulkan konflik
dengan suaminya sehingga terjadi pertengkaran. Hal itu disebabkan istri enggan
mematuhi syari'at Islam yang dipandangnya bertentangan dengan tradisi
lingkungan yang tidak Islami.
Tidak ada suami atau istri yang menghendaki rumah tangganya dipenuhi
dengan pertengkaran dan perselihan setiap hari. Pertengkaran dan perselisihan
dalam rumah tangga mengakibatkan tekanan dan depresi bagi suami istri. Untuk
mencegah hal ini, Islam memberikan tuntunan kepada kita agar dalam memilih
calon istri hendaklah memeperhatikan lingkungan tempat tinggalnya.
Jadi, walaupun hadits tersebut lemah, isi dan maksudnya dapat
dipergunakan sebagai pedoman umum sehingga kita lebih dapat berhati-hati dalam
menilai akhlak seorang perempuan. Kita dapat menjadikannya sebagai peringatan
agar kita mengutamakan calon istri yang tinggal di lingkungan yang baik.
Untuk mengetahui kualitas lingkungan tempat tinggal calon istri, ada
beberapa hal yang dapat kita lakukan:
Kita amati tempat tinggalnya, apakah lingkungan tersebut islami atau
tidak. Kalau lingkungannya biasa digunakan sebagai tempat berjudi atau
bermabuk-mabukkan atau menyabung ayam dan maksiat lainnya, kecil kemungkinan
orang yang tinggal di tempat ini taat beragama. Sebaliknya, apabila di
lingkungan tersebut sering diadakan pengajian, masjidnya ramai oleh orang-orang
yang shalat berjama'ah, warga yang perempuan berpakaianmuslimah, tidak terjadi
pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan bukan mahram, besar harapan
perempuan yang bersangkutan taat beragama.
Kita amati keluarganya, apakah mereka orang yang taat menjalankan
syari'at Islam atau tidak. Jika keluarganya tidak perduli dengan agama,
misalnya tidak taat shalat, tidak taat puasa, tidak perduli akan hal halal dan
haram dalam mencari nafkah, anggota keluarga yang perempuan tidak berpakaian
muslimah di luar rumah, atau tidak baik hubungannya dengan tetangga atau
kerabat dekatnya, kita harus berhati-hati agar kita selamat dari
kemungkinan-kemungkinan tidak baik saat membina rumah tangga kelak.
Kita amati lingkungan pendidikannya di mana dia memperoleh
pendidikan, islami atau tidak.
Ringkasnya, kaum laki-laki dalam memilih calon istri sebaiknya
memperhatikan aspek lingkungannya. Mereka sebaliknya mengutamakan peempuan yang
tinggal di lingkungan yang baik. Semakin baik lingkungan asalnya, akan semakin
besar sumbangannya dalam mewujudkan pembinaan rumah tangga yang bahagia.
Perawan
Rasulullah saw. bersabda kepada Jabir ketika beliau pulang dari
perang Dzatur Riqa', "Wahai Jabir, "Apakah nanti kamu akan
menikah?" Saya menjawab, "Ya, wahai Rasulullah." Beliau
bersabda, "Dengan janda atau perawan?" Saya menjawab,
"Janda." Beliau bersabda, "Mengapa bukan perawan, supaya kamu
dapat bergurau dengannya dan ia pun dapat bergurau denganmu?" Saya
menjawab, "Sesungguhnya bapakku telah wafat saat perang Uhud, sedangkan
beliau meninggalkan tujuh anak perempuan kepada kami. Oleh karena itu, aku
ingin menikah dengan seorang yang 'mumpuni', ia dapat mengasuh mereka dan
melakukan kewajiban terhadap mereka." Beliau bersabda, " Engkau
benar, insya Allah." (HR Bukhari dan Muslim).
Hadis tersebut memberikan dorongan kepada kaum laki laki untuk
memilih calon istri yang perawan, yaitu perempuan yang belum pernah bersetubuh
atau belum pernah menikah.
Perempuan yang masih perawan belum pernah mengenal bermesraan dengan
laki-laki sehingga hatinya masih polos dan bersih. Ia tidak memiliki kenangan
masa lalu dengan laki-laki lain sehingga ketika bercengkrama dengan laki-laki
yang baru menjadi suaminya, hati dan angan-angannya hanya tertuju kepada
suaminya. Ia hanya merasakan sentuhan kemesraan dari laki-laki yang menjadi
suaminya. Seluruh perhatian, cinta dan kasih sayangnya dicurahkan kepada suami
tanpa membandingkan dengan laki-laki lain. Keadaan inilah yang digambarkan oleh
Rasulullah dalam hadis tersebut dengan sabdanya "Engkau bisa bergurau
dengannya dan diapun bisa bergurau mesra denganmu." Suasana inilah yang
dinyatakan Rasulullah kemungkinan besar dapat tercipta hanya dengan istri yang
masih perawan.
Laki-laki muslim hendaklah berhati-hati terhadap perempuan yang
pernah berpacaran atau gemar berganti pacar. Perempuan yang pernah berpacaran,
pernah mengenal kemesraan dengan laki-laki sehingga hatinya tidak polos dan
tidak bersih lagi. Ia tentu memiliki kenangan masa lalu dengan pacarnya,
sehingga ketika bercengkrama dengan suami, hati dan angan-angannya tidak
sepenuhnya tertuju kepada suaminya. Ia akan membandingkan sentuhan kemesraan
pacarnya dulu dengan suaminya sekarang. Selain itu keperawanannya juga harus
dipertanyakan karena tidak bisa dipastikan sejauh mana ia berhubungan dengan
pacarnya .
Untuk mengetahui keperawanan calon istri, seorang laki-laki dapat
melakukan cara-cara berikut ini.
Ia menanyakan hal tersebut kepada yang bersangkutan ketika bermaksud
melamar.
Ia menanyakan hal tersebut kepada keluarga atau kerabat atau
tetangga dekatnya yang dinilai jujur, adil dan obyektif.
Ia melakukan pemeriksaan medis bila ingin memperoleh keyakinan bahwa
yang bersangkutan benar-benar perawan. Akan tetapi, cara ini harus mendapat
persetujuan dari perempuan yang bersangkutan, karena bisa dianggap merendahkan
martabatnya.
Hadis Rasulullah tersebut merupakan anjuran kepada laki-laki muslim
untuk memilih calon istri perempuan yang masih perawan, bukan larangan kepada
laki-laki muslim untuk memperistri perempuan janda. Rasulullah mengingatkan
bahwa dengan memperistri perempuan perawan kemungkinan besar akan dapat
menciptakan kemesraan yang lebih mendalam dibanding dengan beristrikan
perempuan janda.
Penyabar
"Allah menjadikan istri Fir'aun perumpamaan bagi orang orang
yang beriman ketika ia berkata, "Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah
rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan
perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim."(At-Tahriim :11)
Sabar dalam bahasa Arab artinya lapang dada, menerima kepahitan,
kesulitan dan rintangan tanpa keluh kesah dan jengkel. Bila seorang menggerutu
menghadapi kesulitan, jengkel dan marah menghadapi rintangan, dia dikatakan
tidak sabar.
Maksud ayat tersebut adalah bahwa seorang istri yang sabar
menghadapi perilaku buruk suaminya sangat membantu mempertahankan keutuhan
rumah tangga. Dalam kasus tersebut, istri Fir'aun sangat sabar menerima
kekejaman Fir'aun terhadap dirinya. Ia tetap tabah menghadapi kekejaman
suaminya dan hanya pasrah kepada Allah.
Istri penyabar seperti istri Fir'aun yang Allah gambarkan pada ayat
tersebut tentu memberikan jasa sangat besar dalam memelihara keutuhan rumah
tangga, kebahagiaan suami dan kegembiraan anak-anaknya. Ia tidak akan mudah
menceritakan kesulitan dan berbagai kesulitan yang akan menyedihkan suaminya.
Walaupun sebenarnya Istri menyimpan kepahitan dalam hatinya, semua kesulitan
dihadapinya dengan penuh ketabahan dan sikap pasrah kepada Allah. Hal itu
menjadikan rumah tangganya selalu dipenuhi kegembiraan, keceriaan dan penuh
tawa.
Istri yang sabar tidak hanya memberikan semangat dan dorongan hidup
kepada suaminya dalam menghadapi segala tantangan dan rintangan, tetapi juga
dapat menjaga kehormatan suami di hadapan anak-anaknya dan orang lain. Istri
yang sabar tidak akan pernah menceritakan sikap buruk suami kepada
anak-anaknya, karena ia tak ingin melibatkan anak-anak dalam masalah yang
dihadapi. Sebaliknya ia selalu memuji akhlak suaminya di hadapan anak dan orang
tuanya. Sikap seperti ini akan menciptakan hubungan yang mesra dalam rumah
tangga karena anak selalu menaruh rasa hormat kepada bapaknya.
Sebaliknya, istri pemarah, suka mambantah, dan suka memaki suaminya
akan menimbulkan konflik berkepanjangan dalam rumah tangganya. Bahkan konflik
tersebut bisa melebar kepada anak-anak, orang tua, dan mertuanya. Jika hal ini
terjadi pasti anak-anak akan mengalami stress dan kebingungan. Selain itu
tetangga akan merasa enggan berdekatan dengan rumah tangga yang dipenuhi
konflik. Mereka mungkin akan ikut merasakan ketegangan karena boleh jadi
anak-anak yang berasal dari keluarga penuh konflik ini akan menimbulkan
gangguan.
Oleh karena itu, setiap laki-laki sangat perlu memperhatikan calon
istrinya apakah ia bersifat penyabar atau pemarah, tabah menempuh kesulitan
atau manja. Hal ini perlu diketahui, sebab sifat-sifat buruk hanya akan
berpengaruh dalam hidup berumah tangga. Bukankah tidak ada orang yang ingin
membangun rumah tangga dengan suasana penuh pertentangan, perselisihan, dan
permusuhan yang hanya akan menciptakan hidup penuh derita dan nestapa?
Setiap suami ingin istrinya mempunyai kesabaran jauh lebih besar
daripada dirinya. Dia ingin menjadikan istrinya sebagai tempat menumpahkan
segala keresahan hati dalam menghadapi problem kehidupan. Dia ingin agar istri
dapat menenangkannya menghadapi segala keresahan dengan kesabarannya sehingga
suami memperoleh kesegaran dan dorongan hidup lebih baik. Oleh karena itu, dia
harus benar-benar mengutamakan calon istri yang penyabar. Insya Allah, segala
tantangan dan kesulitan dalam rumah tangga akan teratasi dengan baik sehingga
tercipta keluarga yang bahagia.
Memikat
Hati
"Jika kamku takut tidak akan berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yatim (bila kamu menikahinya), nikahilah wanita-wanita lain yang kamu
senangi,…."(An-Nisaa': 3)
Ayat tersebut menjelaskan agar laki-laki memilih perempuan yang
memikat dan menyenangkan hatinya sebagai istri. Kata-kata yang digunakan pada
ayat tersebut adalah thaaba, kata ini memiliki beberapa arti
Thaaba dengan arti baik, seperti dalam kalimat, "Haadza syaiun
thayyib." (ini adalah urusan yang baik). Kata thayib berasal dari thaaba.
Thaaba dengan arti hatinya baik, seperti dalam kalimat, "Hiya
imra'atun thaabat nafsuha"(perempuan ini baik hatinya).
Thaaba dengan arti ya, sebagai kata jawab, seperti dalam kalimat,
"Thayyib, ana hadir."(ya, saya datang).
Dari ketiga arti di atas kita dapat mengetahui bahwa arti kata
thaaba pada ayat tersebut adalah sifat baik hati, akhlak, dan keperibadian
perempuan yang membuat calon suaminya tertarik dan senang. Tanpa adanya faktor
ini, rasa tertarik, senang dan terpikat tidak ada.
Istri yang dapat membuat suaminya senang dan tertarik akan
membangkitkan semangat untuk bersama-sama membangun rumah tangga yang sakinah
dan damai. Tanpa rasa senang dan terpikat, sulit akan tercipta kemesraan dan
keintiman dalam hidup berumah tangga. Oleh karena itu, lelaki yang hendak
memilih seorang perempuan sebagai calon istrinya, harus bertanya pada dirinya
sendiri apakah hatinya benar-benar senang dan terpikat kepada perempuan
tersebut atau tidak. Ia harus jujur menghayati perasaannya sendiri dalam
memperhatikan hal ihwal perempuan yang diminati sebelum melamar apalagi
menikahinya.
Daya tarik utama dan bertahan lama, bahkan sampai akhir hayat adalah
daya tarik akhlak dan ketaatan perempuan yang bersangkutan kepada Allah dan
Rasulullah saw. Adapun daya tarik lainnya adakalanya menyebabkan kebosanan atau
kebencian di belakang hari. Kecantikan misalnya, semakin lama semakin memudar.
Suami tidak menaruh cinta lagi kepada suaminya karena tidak cantik lagi, atau
karena suatu musibah yang menimpa istrinya, suami tidak lagi tertarik bahkan
menjauhinya. Daya tarik lainnya adalah kekayaan. Seorang lelaki tertarik
menikahi seorang perempuan karena kekayaannya, akan kehilangan rasa tertariknya
terhadap istri karena harta kekayaan istri habis setelah sekian tahun menikah.
Oleh karena itu, yang akan menjamin suami tertarik dan terpesona kepada
istrinya secara langgeng adalah daya tarik akhlak dan ketaatan beragama.
Untuk memastikan seorang lelaki tertarik kepada calon istrinya atau
tidak, hendaknya ia menguji kejujuran hatinya berulang kali dengan cara-cara
antara lain.
Ia membandingkannya dengan perempuan lain. Jika hatinya ternyata
masih bimbang, berarti dia belum terpikat sepenuh hati kepada perempuan
tersebut.
Ia mengendapkan keinginannya lebih lama kepada perempuan tersebut
sehingga dapat lebih diyakini ketertarikan dan kesenangan hatinya. Jika setelah
beberapa lama ternyata ia masih tetap tertarik dan menyenanginya, berarti
perempuan tersebut mempunyai nilai yang tinggi di dalam hatinya.
Ia mengamati daya tarik perempuan tersebut dengan seksama apakah
daya tariknya merupakan sifat-sifat asli atau sekedar polesan. Dengan keadaan
sebenarnya, ketertarikan terhadap perempuan yang bersangkutan akan langgeng
karena timbul benar-benar dari dalam hatinya. Sebaliknya, jika daya tarik
perempuan itu hanya bersifat polesan, dia lebih baik mengundurkan diri, karena
daya tarik yang sifatnya polesan tidak akan bertahan lama.
Semua aspek tersebut perlu diperhatikan sebagai tolok ukur dalam
menilai perempuan yang menjadi calon istrinya agar terhindar dari keadaan yang
tidak diinginkan kemudian saat berumah tangga.
Sering terjadi seorang lelaki sangat kecewa dan menyesal karena
istri yang dahulu dinilai memiliki sifat-sifat terpuji, terbukti memiliki
sifat-sifat sebaliknya. Sifat yang dulu ditampilkan di hadapan calon suaminya
ternyata hanya polesan. Akhirnya, wanita yang dipilih menjadi istrinya
benar-benar dirasakan sebagai orang lain, bukan wanita yang didambakan
sebelumnya. Kejadian ini hanya meninggalkan rasa perih, kecawa dan marah yang
terpendam.
Berikut ini kami kemukakan beberapa contoh perempuan yang memiliki
daya tarik polesan semu
Seorang perempuan terlihat cantik karena bersolek. Karena setelah
menjadi istri tidak mampu membeli alat kecantikan, terlihatlah keadaan aslinya.
Suami melihat bahwa istri yang disangka benar-benar cantik alami ternyata tidak
cantik, kecantikannya hanya polesan. Untuk mempertahankannya, suami harus
mengeluarkan biaya banyak sehingga menguras pendapatannya. Hal ini menimbulkan
kejengkelan dan kemarahan suami sehingga ia membenci istrinya.
Seorang perempuan dari status sosial yang terhormat tetapi ia
merendahkan suaminya. Ia memandang suaminyalah yang harus menghormatinya. Bukan
dia yang harus menghormati suaminya. Pada awalnya, suami tidak merasa begitu
terhina oleh sikap isterinya, tetapi semakin lama suami merasa dirinya tidak
dihargai oleh isterinya sebagai kepala rumah tangga. Suami merasa kecewa dan
jengkel kepada isterinya sehingga hubungan mereka semakin renggang. Suasana ini
mengakibatkan rumah tangga tidak lagi dipenuhi kecintaan dan kemesraan dan yang
ada hanyalah permusuhan yang tersembunyi.
Untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan dalam
rumah tangga, Allah menegaskan dengan firman-Nya pada ayat di atas agar
laki-laki memilih perempuan yang benar-benar disenanginya dan memiliki daya
pikat yang sejati. Ia sebaiknya tidak mudah tertipu penglihatan sepintas
terhadap kecantikan, kekayaan, dan status sosial, yang lebih banyak
dibangkitkan oleh selera rendah yang sifatnya sementara. Ia hendaknya
benar-benar menguji hati nuraninya dengan cara-cara yang benar sehingga yakin
bahwa perempuan yang hendak dijadikan istrinya benar-benar sesuai dengan hati
nuraninya. Pengamatan jeli dan seksama dalam memilih calon istri yang sesuai
dengan tuntunan islam merupakan hal utama yang harus ia lakukan.Wallaahu a'lam
bish Showab.
Amanah
"... oleh sebab itu, wanita yang salehah ialah yang taat kepada
Allah lagi memelihara (dirinya dan harta suami) ketika suaminya tidak ada,
karena Allah telah (menyuruh) memeliharanya ...." (An-Nisaa': 34).
Rasulullah saw. bersabda yang artinya, "Sebaik-baik istri yaitu
yang menyenangkanmu ketika kamu lihat, taat kepadamu ketika kamu suruh, serta
menjaga dirinya dan hartamu ketika kamu pergi." (HR Thabrani dari Abdullah
bin Salam).
Amanah yaitu tanggung jawab memenuhi kepercayaan orang kepadanya.
Apa saja yang dipercayakan orang kepadanya dijaga dan ditunaikan dengan
sebaik-baiknya sesuai dengan tuntutan pemberi kepercayaan.
Ayat tersebut menjelaskan sifat istri yang baik, yaitu benar-benar
bisa memelihara kehormatan dirinya pada saat suami tidak di rumah. Ia juga
menjaga dengan amanah harta benda suami selama dia tidak di rumah.
Hadis di atas menjelaskan bahwa setiap istri dituntut bersikap
amanah terhadap suaminya dalam mengelola harta suami yang dipercayakan
kepadanya.
Seorang istri harus memiliki sifat amanah, karena ia diberi
kepercayaan oleh suaminya mengenai segala macam urusan diri dan keluarganya,
bahkan seluruh rahasia suami. Suami tidak hanya mempercayakan harta kekayaan
kepadanya, tetapi juga mempercayakan kehormatan dan keamanan anak-anaknya. Hal
ini menuntut adanya sikap dan sifat amanah istri sehingga ia tidak melakukan
kecurangan ketika suami tidak ada atau menipu suami sehingga menjerumuskannya
ke dalam malapetaka. Misalnya, karena kekurangan uang belanja, ia menyebarkan
hal tersebut kepada orang lain atau menyampaikan aib suami kepada orang lain
sekalipun tidak bermaksud jahat. Tindakan ini merupakan tindakan khianat istri
kepada suami.
Istri yang amanah tentu tidak akan mengabaikan tanggung jawabnya
menjaga dan memelihara segala hal yang dipercayakan kepadanya. Ia akan
memelihara suasana rumah tangga penuh rasa kasih sayang dan cinta.
Sungguh sangat besar bahaya istri yang tidak amanah bagi keselamatan
dan keamanan suami. Istri yang curang dalam menggunakan harta kekayaan suami
akan memberatkan suami dalam mencari pemenuhan kebutuhan keluarga. Istri yang
tidak dapat menyimpan cacat cela dan rahasia suami akan merusak kehormatan
suaminya. Istri yang tidak dapat menjaga anak-anak suami dengan baik akan
menyusahkan suami dalam membina kehidupan anak-anak menjadi orang yang saleh.
Istri yang tidak amanah akan menimbulkan ketegangan dan perselisihan karena hal
yang diamanahkan kepadanya tidak dijaga dengan baik.
Oleh karena itu, setiap laki-laki yang ingin memperisti seorang
perempuan harus benar-benar memperhatikan ada tidaknya sifat amanah pada calon
istrinya. Jika ternyata ia seorang perempuan yang kurang baik amanahnya dan
kecil harapan untuk diperbaiki, sebaiknya ia tidak dijadikan istri.
Untuk mengetahui apakah calon istri amanah atau tidak dapat
dilakukan upaya-upaya berikut.
Ia menanyakan kepada kerabat atau tetangga atau teman dekatnya yang
jujur dan berakhlak baik apakah perempuan yang dipilihnya dapat dipercaya atau
tidak bila diberi kepercayaan mengurus dan menyimpan sesuatu.
Ia menyelidiki perilakunya apakah perempuan yang dipilihnya dapat
dipercaya atau tidak dalam melaksanakan kepercayaan orang kepadanya. Misalnya,
dengan mengamati sikapnya apabila dititipi uang apakah ia dapat dipercaya atau
tidak. Bisa juga dengan mengamati apakah ia selalu memenuhi janji dengan baik
atau tidak bila berjanji.
Ia menyelidiki perilaku keluarganya berkenaan dengan sifat amanah
apakah keluarganya dapat dipercaya dan selalu memenuhi janji atau tidak dalam
menjaga harta titipan. Dengan bercermin pada keadaan keluarganya, besar
kemungkinan yang bersangkutan juga perempuan yang amanah. Sebaliknya, jika
keluarganya dikenal sebagai orang yang tidak dapat dipercaya, kemungkinan
anaknya begitu.
Karena isteri yang amanah sangat berperan penting dalam menciptakan
kehidupan keluarga yang baik, laki-laki yang akan membina rumah tangga harus
mengutamakan istri yang amanah. Dengan istri yang amanah, insya Allah
kehiduapan keluarga tidak akan banyak beban sehingga tercipta keluarga yang
sakinah. Wallaahu a'lam.
Tidak
Bersolek bila Keluar Rumah
"Wanita-wanita yang gemar minta cerai dan wanita-wanita pesolek
(di luar rumah) adalah wanita-wanita munafik." (HR Abu Nu'aim).
Maksud hadis di atas ialah perempuan yang suka bersolek ketika
keluar rumah adalah perempuan munafik. Orang munafik perkataannya tidak dapat
dipercaya, janjinya tidak dapat dipegang, dan kejujurannya tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, perempuan yang suka bersolek ketika
keluar rumah berarti memiliki sifat-sifat buruk.
Sifat perempuan dalam menampilkan dirinya bermacam-macam. Ada
perempuan yang suka bersolek, memoles dirinya dengan baik sehingga terlihat
cantik dan kekurangannya tertutupi. Tindakannya bertujuan menawan hati orang
lain, terutama lawan jenisnya. Perempuan seperti ini disebut munafik karena
selalu berpura-pura dalam menampilkan dirinya dan menyembunyikan keadaan yang
sesungguhnya.
Selain itu, ada perempuan yang tampil apa adanya dan tidak mau
mengenakan berbagai macam alat kecantikan. Ia selalu menampakkan dirinya dengan
polos, tetapi memperlihatkan budi pekerti yang baik dan ahklak yang terpuji. Ia
berpakaian sederhana dan bersikap apa adanya. Perempuan seperti ini lebih
mengutamakan kecantikan dan keindahan batin daripada keindahan lahirnya.
Di antara dua sifat perempuan tersebut, perempuan yang tampil apa
adanya, polos, dan sederhana itulah yang berahklak baik. Perempuan seperti
inilah yang seharusnya menjadi pilihan laki-laki beriman untuk dijadikan istri.
Ia dapat diharapkan untuk bersama-sama membangun rumah tangga yang penuh
kedamaian, kecerian, kasih sayang, dan kebahagian.
Istri yang bersolek ketika keluar rumah termasuk wanita munafik,
karena ia berusaha terlihat cantik di mata orang lain, bukan di hadapan
suaminya. Tindakannya membuat hati suami selalu dibayangi kebimbangan. Suami
menjadi selalu khawatir kalau-kalau istrinya tidak dapat menjaga diri dari
rayuan laki-laki lain atau bercengkerama dengan laki-laki lain ketika suami
tidak di rumah. Ia juga bimbang bila memberi uang belanja karena mungkin sekali
istri menghamburkannya di luar pengetahuan suami. Ia juga sulit mempercayai apa
yang dibicarakan istrinya. Kebimbangan ini tentu dapat mengganggu ketenteraman
dalam rumah tangga, bahkan dapat memicu pertengkaran.
Istri pesolek dapat menimbulkan beban psikologis bagi suami.
Kegemarannya bersolek bila keluar rumah dapat mengundang selera laki-laki lain
terhadap dirinya. Hal itu tentu akan menimbulkan salah paham dengan suaminya.
Suami akan merasa curiga setiap saat sehingga timbul pertengkaran dalam rumah
tangga.
Selain beban psikologis, istri pesolek juga akan menimbulkan banyak
problem bagi suami karena kegemarannya bersolek menyebabkan suami harus
mengeluarkan banyak uang. Hal ini tentu akan membebani suami, terutama bila
pendapatan suami hanya cukup untuk makan sehari-hari.
Karena begitu besarnya kendala beristri perempuan pesolek, seorang
lelaki hendaklah lebih dahulu meneliti dan mencermati calon istrinya. Jika
ternyata dia seorang yang benar-benar gemar bersolek, bahkan biasa bersolek
sejak kecil, hendaklah ia mempertimbangkan dengan saksama apakah hal itu akan
menimbulkan malapetaka bagi dirinya kelak atau tidak. Jika kegemarannya
bersolek bukan kebiasaaan sejak kecil, melainkan sekadar pengaruh teman dan ada
harapan untuk diperbaiki, ia harus tetap mempertimbangkan pemelihannya, sebab
boleh jadi pengaruh temannya akan menjadi kebiasaan. Ia harus benar-benar
bersikap objektif dalam menilai kemampuannya mengayomi perempuan tersebut.
Langkah terbaik adalah mendasarkan pilihannya sesuai dengan tuntunan syariat
Islam supaya tidak menyesal.
Untuk mengetahui apakah calon istri pesolek atau bukan, dengan mudah
dapat dilihat dari penampilannya sehari-hari. Bila menampilkan diri secara
polos dan sederhana walaupun sebenarnya dia berkecukupan, wanita seperti ini
tidak termasuk pesolek.
Akan tetapi, jika ia tampil hanya karena keadaan ekonominya lemah,
hal ini perlu dipertimbangkan dan diselidiki lebih jauh. Kita perlu meneliti
lebih jauh penampilannya pada saat tertentu, misalnya pada saat menghadiri
acara pesta pernikahan, acara wisuda, dll. Apakah tetap tampil apa adanya atau
bersolek di luar kebiasaan.
Ringkasnya, setiap laki-laki hendaklah memperhatikan masalah ini
dengan saksama agar kelak tidak menyesal dalam membina rumah tangga dengan
perempuan yang didambakannya. Hal ini perlu dilakukan jika ia menghendaki rumah
tangga yang dipenuhi dengan keharmonisan, kemesraan, dan kebahagiaan.
Ia hendaklah berhati-hati agar tidak memilih perempuan yang gemar
bersolek bila keluar rumah.
Tidak
Materialistis
Rasulullah saw. bersabda yang artinya, "Ada empat perkara,
siapa yang mendapatkannya berarti mendapatkan kebaikan dunia dan akherat, yaitu
hati yang selalu bersyukur, lisan yang selalu berzikir, jiwa yang sabar ketika
tertimpa musibah, dan perempuan yang mau dinikahi bukan bermaksud menjerumuskan
suaminya ke dalam maksiat dan bukan menginginkan hartanya." (HR Thabrani)
Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya termasuk ciri wanita
yang membawa berkah yaitu mudah dilamar, murah maskawinnya dan subur
peranakannya." (HR Ahmad)
Materialistis adalah sifat mengutamakan materi dan cenderung tidak
mau mengeluarkan harta untuk kepentingan orang lain atau kepentingan kebajikan
umum.
Wanita materialistis mengukur derajat dan martabat seorang
lakki-laki semata-mata dari sisi harta dan kekayaannya. Ia mau menjadi istri
seseorang asalkan yang bersangkutan mampu memenuhi tuntutan materinya. Ia
selalu mendambakan kemewahan dan bertumpuknya harta kekayaan tanpa mempedulikan
halal dan haramnya.
Hadis pertama menjelaskan bahwa perempuan yang baik dijadikan istri
antara lain karena tidak bermaksud mengejar harta dan tidak pula menjerumuskan
suaminya untuk melakukan perbuatan-perbuatan dosa. Misalnya mendorong suaminya
untuk mencari harta sebanyak-banyaknya walaupun dengan cara haram atau hanya
mengeruk harta kekayaan suami dan meninggalkannya bila ia jatuh miskin.
Hadis kedua menerangkan bahwa salah satu cirri wanita yang tidak
materialistis adalah mau menerima mahar sedikit/murah.
Hadis-hadis di atas menganjurkan agar para lelaki memilih perempuan
tidak materialistis. Perempuan seperti ini kelak akan membawa berkah bagi
keluarganya karena mau menerima keadaan suami sehingga tidak menyulitkan
suaminya dalam memenuhi kebutuhan keluarga kelak. Sikap inilah yang dapat
menciptakan suasana keluarga bahagia dan sejahtera.
Dalam memilih calon istri, kita diperintahkan mencari wanita yang
ridha menerima mahar sedikit, walaupun laki-laki dianjurkan memberikan mahar
yang banyak kepada calon istrinya. Seperti yang disebutkan dalam surah
An-Nisaa' ayat 4 yang artinya, "Berikanlah maskawin kepada wanita (yang
kamu nikahi) sebagai pemberian yang menyenangkan…."
Untuk mengetahui apakah calon istri materialistis atau tidak, dapat
dilakukan cara-cara antara lain:
Calon suami menanyakan kepada teman-teman dekatnya atau tetangga
dekatnya tentang sikap-sikapnya dalam bidang materi. Misalnya menanyakan apakah
perempuan tersebut senang berteman dengan orang-orang kaya saja atau juga
dengan orang-orang miskin.
Calon suami mengamati pola kehidupan keluarganya apakah mereka hanya
bergaul dengan orang-orang kaya atau dengan semua kalangan. Ia mengamati
sikapnya apakah mau meminjamkan sesuatu kepada orang yang miskin atau hanya mau
meminjamkan suatu kepada yang kaya. Ia juga mengamati apakah dalam menilai
keadaan seseorang ia hanya melihat sisi materinya atau lebih memperhatikan sisi
akhlaq dan kepandaiannya.
Calon suami menguji perempuan tersebut dengan memberi hadiah yang
murah apakah ia memberi komentar menyepelekan atau tidak.
Dengan cara-cara ini diharapkan laki-laki yang akan menyunting
seorang perempuan dapat mengetahui dengan jelas apakah sifatnya materialistis
atau qana'ah (menerima apa adanya) dan menjauhi kemewahan.
Laki-laki yang bertujuan mewujudkan keluarga islami dalam rumah
tangga hendaklah benar-benar memilih calon istri yang tidak materialistis. Hal
ini dimaksudkan agar keluarganya dapat hidup bahagia, sejahtera, penuh
ketentraman, penuh kasih sayang, sesuai dengan peraturan Islam.
Senang Menyambung
Ikatan Kerabat
Dari Maimunah r.a., sesungguhnya ia telah memerdekakan salah seorang
budak perempuannya tanpa lebih dahulu meminta izin kepada Nabi saw. Ketika tiba
saat Nabi bergilir kepadanya, ia berkata, "Wahai Rasulullah saw., apakah
engkau tahu bahwa aku telah memerdekakan budak perempuanku?" Beliau
bersabda, "Apakah engkau telah melakukannya?" Ia menjawab,
"Ya." Beliau bersabda, "Alangkah baiknya jika budak perempuan
itu engkau hadiahkan kepada paman-paman dari pihak ibumu, karena pahalanya akan
lebih besar bagi dirimu." (HR Bukhari).
Hadis di atas menceritakan bahwa ketika Maimunah memberi tahu
Rasulullah saw. bahwa dirinya telah memerdekakan budak miliknya, beliau
bersabda, "Alangkah baiknya jika budak perempuan itu engkau hadiahkan kepada
paman-paman dari pihak ibumu." Ini berarti bahwa Rasulullah saw. lebih
menekankan perlunya mempererat ikatan kekerabatan daripada sekadar membebaskan
budak. Dengan demikian, perempuan yang baik untuk dijadikan istri adalah
perempuan yang suka menjalin ikatan silaturahmi dengan keluarga dan kerabat.
Peranan seorang istri sangat besar dalam mempererat hubungan suami
dengan keluarga dan kerabatnya. Bila istri suka menjaga hubungan dengan
kerabatnya, baik dari pihaknya sendiri maupun dari pihak suaminya, jaringan
hubungan kekeluargaan akan menjadi luas, sehingga memudahkan mereka saling
menerima dan memberi bantuan.
Kebanyakan orang, terutama para istri, tidak suka apabila ia harus
membantu atau menanggung beban orang lain. Mereka lebih suka mengutamakan kesejahteraan
keluarganya daripada membantu kerabat atau keluarga besarnya. Umumnya,
perempuan lebih mengutamakan diri dan anak-anaknya dan cenderung kurang peduli
dengan keluarga besarnya. Mereka khawatir kalau terlalu banyak membantu
keluarga besar, kepentingannya sendiri tidak terpenuhi. Hal inilah yang
merintangi para istri untuk bersikap lebih dermawan kepada keluarga besarnya,
apalagi kepada keluarga besar suaminya.
Kita tidak boleh merasa tidak memerlukan uluran tangan keluarga atau
kerabat kita, karena sikap seperti itu hanya akan merugikan diri sendiri.
Walaupun keluarga kita berkecukupan, kita harus ingat bahwa kekayaan tidak bisa
dinikmati selamanya. Peristiwa-peristiwa mendadak yang dapat menghancurkan
kekayaan dan kesejahteraan tidak dapat kita duga datangnya. Hal ini kemungkinan
tidak dapat kita atasi sendiri sehingga memerlukan bantuan orang lain. Oleh
karena itu, siapakah yang dapat kita harapkan memberi bantuan selain keluarga
kita sendiri?
Sebuah keluarga kaya, misalnya, mereka merasa tidak memerlukan lagi
bantuan dari keluarga besarnya, lalu bersikap acuh tak acuh dan merendahkan.
Suatu ketika keluarga ini mengalami malapetaka, misalnya rumahnya terbakar
habis sehingga tidak sedikit pun hartanya tersisa. Pada saat seperti ini,
siapakah yang diharapkan segera memberi bantuan kepada dirinya jika hubungan
dengan keluarga besarnya tidak baik? Dia tentu akan menderita dan putus asa
karena tidak ada orang yang dapat diharapkan pertolongannya. Ia tidak bisa
berharap kepada keluarga besarnya karena selama ini tidak mau peduli kepada
mereka.
Untuk mengetahui sejauh mana minat dan hasrat calon istri terhadap
upaya pemeliharaan ikatan silaturahmi dengan keluarga, dapat ditempuh cara-cara
antara lain:
calon suami menanyakan kepada kerabat dekatnya apakah yang
bersangkutan kenal, akrab, dan sering berkunjung atau tidak;
calon suami menanyakan kepada teman-teman perempuannya atau tetangga
sekitarnya apakah dia berhubungan baik dengan mereka atau tidak.
Karena pentingnya keluarga besar dan kerabat bagi setiap keluarga,
kita wajib memperhatikan calon istri, seberapa jauh ia mempedulikan kerabat dan
keluarga besarnya. Bila yang bersangkutan selalu memelihara dan mempererat
ikatan silaturahmi dengan keluarga dan kerabatnya, perempuan seperti ini baik dijadikan
istri dan akan membawa berkah dalam membangun rumah tangga kelak. Sebaliknya,
jika dia tidak peduli dengan ikatan kekeluargaan, kemungkinan besar ia tidak
akan memberi berkah dalam keluarga suaminya. Oleh karena itu, carilah istri
yang suka memelihara ikatan silaturahmi.
Pandai
Menyimpan Rahasia
Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya wanita yang paling baik
di antara wanita kalian adalah yang subur, besar cintanya, dan teguh memegang
rahasia." (HR Thusi).
Hadis tersebut menerangkan ciri-ciri perempuan yang baik untuk
dijadikan istri. Salah satunya adalah pandai menyimpan rahasia.
Rahasia adalah sesuatu yang tidak patut diketahui orang lain.
Apabila sesuatu yang diketahui orang lain dapat menimbulkan kemarahan yang
bersangkutan, atau mengancam kepentingannya, atau menimbulkan malu, hal itu
disebut rahasia.
Rahasia adalah bermacam-macam, antara lain rahasia rumah tangga,
rahasia kantor, rahasia bisnis, rahasia partai, rahasia negara, dan lain-lain.
Semua rahasia tidak patut dibocorkan kepada orang lain, karena hal itu akan
merugikan orang yang bersangkutan.
Kerugian yang diderita seseorang akibat rahasianya dibocorkan tentu
bergantung pada permasalahannya. Jika permasalahannya sangat peka karena
menyangkut keamanan negara dan masyarakat, bahayanya pun akan sangat besar.
Jika rahasia itu menyangkut pribadi seseorang, hal itu akan sangat merusak
kredibilitasnya.
Seorang laki-laki dalam memilih istri harus memperhatikan
sifat-sifat yang bersangkutan, apakah ia termasuk orang yang pandai menyimpan
rahasia atau tidak. Hal ini perlu dilakukan karena orang yang tidak bisa
menjaga lisannya tidak akan memperhatikan kerahasiaan suatu masalah yang
dibicarakan. Apa saja yang diketahuinya dilontarkan kepada orang lain. Hal ini
tentu saja akan sangat merugikan kepentingan suami.
Perempuan yang pandai menyimpan rahasia suami atau keluarganya akan
dapat menjaga kehormatan suami dan keluarganya dengan baik, apalagi bila
rahasia tersebut menyangkut kepentingan umum. Sebaliknya, istri yang tidak
pandai menjaga rahasia suami dan keluarganya tentu akan membuat aib bagi suami
dan keluarganya, bahkan membahayakan keselamatan jiwa mereka. Seorang istri
yang tidak pandai menjaga kehormatan dan kewibawaan keluarganya di hadapan
orang lain atau di tengah masyarakat adalah orang yang berkepribadian tidak
sehat.
Untuk mengetahui apakah calon istri pandai menyimpan rahasia atau
tidak, perlulah diadakan penelitian terhadap yang bersangkutan. Cara-cara yang
dapat ditempuh antara lain:
1. Calon suami menanyakan hal tersebut kepada teman-teman perempuan
dekatnya. Bila menurut teman-temannya ia ternyata tidak mampu menjaga rahasia
dan sifatnya itu serta tidak dapat diperbaiki, sebaiknya ia tidak dipilih
menjadi istri.
2. Calon suami mengujinya dengan menceritakan sesuatu yang dianggap
rahasia, kemudian diselidiki apakah dia menyebarkannya kepada orang lain atau
menyimpannya sendiri.
Setelah terbukti bahwa calon istri adalah seorang yang dapat
menyimpan rahasia, berarti ia dapat dipercaya sebagai istri yang baik. Perlu
diketahui bahwa orang yang kita percayai sebagai istri bukan yang hanya
dipercaya sebagai teman untuk memenuhi kebutuhan biologis, melainkan juga
dipercaya sebagai sahabat dalam segala urusan pribadi yang menyangkut semua
aspek kehidupan suami. Bila istri dapat memenuhi persyaratan ini, suami akan
terbantu dalam mengemban tugas-tugas penting dalam kerjanya, apalagi tugas yang
penuh rahasia. Insya Allah ia akan mampu menjaga martabat dan kehormatan
suaminya di hadapan orang lain dan di tengah masyarakat.
Jadi, karena menyimpan rahasia merupakan hal yang tidak mudah
dilakukan oleh kebanyakan orang, laki-laki harus memperhatikan hal ini. Ia
seharusnya memilih calon istri yang pandai menyimpan rahasia. Insya Allah,
segala kekurangan dan aib rumah tangga tidak akan pernah diketahui orang lain,
sekalipun mertua atau kerabat dekatnya.
Subur
Rasulullah saw. bersabda, yang artinya, "Nikahlah dengan
perempuan pecinta lagi bisa punya anak banyak (subur), karena aku bangga dengan
jumlah kalian yang banyak di dahapan para nabi pada hari kiamat." (HR Abu
Dawud dan Nasai).
Dari Ma'qal bin Yasar r.a., ia berkata, "Seorang laki-laki
datang kepada Rasulullah saw., lalu berkata, 'Wahai Rasulullah, saya telah
mendapatkan seorang perempuan dari keturunan terhormat, kedudukan sosialnya
tinggi, dan berharta, namun mandul. Bolehkah saya menikahinya?' Beliau
melarangnya. Orang itu datang lagi kedua kalinya dan berkata kepada beliau
seperti semula. Kemudian ia datang untuk yang ketiga kalinya, maka Rasulullah
saw. bersbda kepadanya, 'Nikahilah oleh kalian wanita yang besar rasa cintanya
dan subur, karena kelak aku akan membanggakan kalian di hadapan umat-umat
lain'." (HR Abu Dawud, Nasai, dan Hakim).
Kesuburan seorang perempuan ditentukan oleh kemampuannya melahirkan
anak. Seorang perempuan yang tidak bisa melahirkan anak banyak dikatakan kurang
subur. Ukuran banyak menurut bahasa Arab adalah jumlah lebih dari dua.
Rasulullah saw. mengatakan bahwa perempuan yang subur telah
memberikan darma bakti yang sangat besar kepada agama. Bakti yang diberikan
tidak hanya untuk kepentingan duniawi, tetapi juga kepentingan ukhrawi.
Rasulullah saw. menyatakan bahwa di akhirat kelak akan mengumumkan perasaan
bangganya di hadapan para nabi lain, karena beliau mempunyai umat yang
terbanyak di antara mereka.
Untuk memperoleh umat yang terbanyak ini, Rasulullah saw. sangat
menganjurkan supaya kaum muslimin mempunyai anak banyak. Agar maksud ini
tercapai, kaum laki-laki perlu mengutamakan perempuan-perempuan yang subur bila
memilih istri. Hal ini berarti bahwa perempuan yang subur memiliki kelebihan
dunia dan akhirat dibandingkan dengan perempuan yang tidak subur.
Hadis tersebut dengan tegas memberikan petunjuk kepada para istri
agar memiliki tekad yang kuat untuk melahirkan anak banyak. Hal ini perlu
diperhatikan karena mereka akan memperoleh penghargaan yang tinggi di akhirat
kelak. Mereka patut merasa bangga karena telah membantu Rasulullah saw.
memperoleh kemuliaan yang tinggi di hadapan para nabi lainnya.
Istri yang diminta melahirkan anak yang banyak oleh suaminya
seharusnya tidak merasa terbebani selama hal tersebut tidak mengancam kesehatan
dan keselamatan jiwanya. Mereka harus menyadari bahwa usahanya telah
menyumbangkan amal saleh yang sangat berharga bagi kepentingan Islam. Dengan
banyaknya jumlah umat Islam, insya Allah akan mudah bagi kaum muslim menyiapkan
sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam menangani berbagai masalah di dunia
ini.
Memiliki istri yang subur dan mau melahirkan banyak anak akan
memperoleh keuntungan dunia dan akhirat. Keuntungan di dunia adalah martabat
dan kemuliaannya, dan istrinya akan terangakat oleh anak-anaknya bila mereka
menjadi anak yang saleh. Keuntungan di akhirat adalah pahala amal saleh anaknya
bila mereka telah meninggal dunia. Bahkan, kelak mereka dapat menyelamatkan
suami dan istri tersebut dari siksa neraka, sedangkan dosa anak tidak menambah
dosa suami istri yang telah meninggal.
Sebaliknya, memiliki istri yang tidak subur tentu sangat merugi
karena adanya kemungkinan besar tidak mendapatkan anak. Suami istri yang tidak
memiliki anak tidak akan memperoleh keuntungan seperti yang didapat oleh mereka
yang mempunyai anak.
Untuk mengetahui kesuburan calon istri, dapat ditempuh cara-cara
berikut. (1) Calon suami memperhatikan keturunannya apakah nenek dan ibunya
termasuk perempuan yang subur atau tidak. (2) Calon suami melakukan tes
kesehatan yang dewasa ini dengan mudah dapat menentukan subur atau tidaknya
seorang perempuan. Dengan cara-cara sah inilah, seorang laki-laki dapat
mengetahui kesuburan calon istrinya.
Kita sebaiknya mempunyai anak banyak untuk memenuhi seruan
Rasulullah saw. seperti yang telah disebutkan dalam hadis. Hal ini menunjukkan
bahwa anak yang kita miliki memberi nilai duniawi dan ukhrawi yang tinggi. Di
dunia anak-anak yang saleh menjadi kebanggaan orang tuanya; di ahkirat mereka
dapat menyelamatkan orang tuanya dari ancaman siksa neraka. Selain itu, orang
tua yang mempunyai anak banyak akan memperoleh penghargaan dan pahala yang
besar karena telah memenuhi harapan Rasulullah saw.
Ringkasnya, setiap laki-laki muslim harus memperhatikan subur dan
tidaknya perempuan yang hendak dijadikan istri. Tujuannya adalah supaya
pernikahannya kelak benar-benar membawa keberuntungan bersama di dunia dan
akhirat. Dengan memiliki istri yang subur, ia dapat melakukan amal saleh yang
membawa kebahagiaan dunia dan akhirat.